Menjadi seorang anak tidak lepas dari sebuah permainan sekaligus kebersamaan untuk bisa bersukaria dengan teman sebayanya. Namun sayangnya, permainan dan keakraban dengan suasana yang biasa kita lihat pada zaman dulu dan sekarang jelas berbeda dan bahkan hampir tidak ada. Diprediksikan 10 tahun mendatang adalah generasi ‘gagal’ karena faktor kurang kedekatan dan komunikasi. Apakah ini faktor bibit-bibit yang ditanamkan dari masa kecil?
Permainan-permainan berikut dinilai paling menyenangkan, dan mengingatkan kamu yang lahir di tahun 80-an ke masa kecil dengan penuh kebersamaan. Masih inget permainan masa kecil? Banyak orang yang menyayangkan tradisi permainan zaman dulu yang terancam punah. Sedangkan permainan dulu sangat banyak manfaatnya salah satunya melatih berbagai fungsi otak dan melatih anak bersosialisasi.
Mungkin list ini akan mengingatkan memori lama kamu dan bernostalgia dengan memori-memori masa kecil kamu.
Siapa yang tidak kenal dengan layangan?. Permainan layang-layang ini sangat digemari oleh para anak laki-laki. kata ‘layang’ diduga berasal dari kata melayang. Benda ini dibuat dari kertas minyak, dengan kerangka bambu, disambungkan dengan tali kenur untuk mengendalikan layangan. Dan bahkan konon permainan ini sanga digemari bahkan di lobakan ditiap beberapa daerah pada tiap musih angin, cara permainannya terkesan mudah, tapi lumayan susah karena membutuhkan bantuan angin. Sebelum lepas landas, kamu harus mencari lapangan yang luas, dan menunggu angin berhembus. Untuk starting kamu harus memegang layangan tersebut, dan menjulurkan tali sedikit demi sedikit hingga layangan pun perlahan terbang.
Tradisi ini hampir musnah ketika memasuki era teknologi. Sangat disayangkan sih, karena permainan ini melatih kamu mengarahkan benda dengan memanfaatkan angin.
2. Petak Umpet
2. Petak Umpet
Nahhh,,,
yang satu ni lagi tidak kalah menariknya dengan layangan dan permainan ini
tidak hanya digemari di Indonesia lho. Permainan ini bisa dilakukan oleh lebih
dari 2 orang, orang-orang yang ikut permainan ini biasanya mengawali hompimpa
untuk menentukan siapa yang kalah. Yang kalah harus memejamkan mata dan berbalik
menghitung dari angka 10 atau dari 1 sampai 10. Nama tempat untuk memejamkan
mata disebut Bong, Inglo, atau Hong. Dan orang-orang yang menang, mereka akan
bersembunyi dimanapun mereka mau sampai saatnya bisa ditemukan dan jika ditemukan maka dinyatakan kalah. Ada pula yang
berhasil menyelinap menuju Bon, dan dinyatakan menang.
3. Lompat Tali
Permainan tradisional
selanjutnya adalah lompat tali, dari namanya saja sudah dapat kamu bayangkan
bahwa permainan ini berhubungan dengan tali. Permainan ini umumnya disukai anak
perempuan dan melibatkan 3-10 orang anak. Tidak sedikit anak laki-laki yang
tertarik bermain lompat tali. Untuk mempersiapkan permainan ini biasanya mereka
akan membuat tali karet agar tidak melukai kulit peloncat. Permainanpun dapat
dimulai dengan menentukan siapa yang menjaga dan siapa yang melompat.
Aturan mainnya, untuk pelompat ia harus
melewati tali dengan ketinggian tertentu, bila berhasil dengan ketinggian
rendah, tali akan di naikan lagi sampai pemainpun merasa lelah, menyerah atau
tidak mampu melewati tali. Dengan begitu pelompat dinyatakan kalah dan menjadi
penjaga, begitupun selanjutnya.
4. Gobak Sodor
Permainan tradisional
selanjutnya terbilang rumit karena membutuhkan 6-10 orang, dan dibagi menjadi
dua tim untuk menjadi tim penyerang dan tim penjaga. Tim penjaga akan menjaga
disetiap garis kotak yang berukuran 5mx3m. Biasanya tim penyerang akan melewati
satu persatu tim penjaga hingga akhirnya ia melewati garis finish dengan syarat
tim penyerang tidak boleh kesentuh oleh tim penjaga. Jika tersentuh maka ia
dinyatakan gagal.
Permainan ini membutuhkan
tenaga ekstra dan kelincahan berlari. Tidak heran banyak anak laki-laki yang
berminat bermain permainan ini, namun adapun anak perempuan yang menyukai
permainan ini.
5. Engklek
Permainan
tradisional terakhir bernama engklek. Permainan ini harus menggambarkan tiap
petak seperti pada gambar. Pemainnya biasanya berjumlah 2-5 orang, dan
dilakukan secara bergantian. Setiap orang memegang batu, gacuk, kereweng atau
benda berukuran datar untuk menandakan kotak, lalu mulai melompati tiap petak
dengan kaki 1, petak yang sudah ditandai tidak boleh diinjak oleh siapapun,
maka harus berpijak dipetak berikutnya.