Ajaran Sakral Sunan Kalijaga : Sangkan Paraning Dumadi




TIDAK LUPA.COM Dalam kisah babat alas tanah jawa di masa penyebaran islam, banyak keunikan dan proses yang menarik di dalamnya baik dari segi pengajaran serta cara pendekatan para tokoh sufi atau dengan gelar “Para Wali”.

Kesulitan yang terjadi pada masa islam masuk ke tanah jawa adalah banyaknya adat dan budaya yang tidak dimiliki bangsa lain, sehingga para wali ini tidak semerta –merta menyebarkan islam sesuai pengajaran yang di terimanya saat berada di tanah padang pasir.

Salah satunya tokoh sufi dengan gelar sunan Kalijaga, wali yang sangat di kagumi terutama masyarakat tanah jawa dan beliau murid pertama dari sunan bonang dengan ajaran dan tuntunan yang masih di jalankan oleh kalangan masyarakat sampai saat ini khususnya di pulau jawa.

Perpaduan adat dan budaya yang diajarkan, kemudian dirubah dalam bentuk pesan yang isinya terdapat kandungan ayat-ayat suci Al Qur’an. Mempunyai pesan yang sangat dalam bahkan di sakralkan oleh masyarakat sampai saat ini, dengan mengenal istilah Sangkan Paraning Dumadi.

Ojo Lali Sangkan Paraning Dumadi (Jangan Lupa Dari Mana Engkau Berasal Dan Akan Kembali) merupakan dakwah paling efektif yang di ajarkan oleh Sinuhun Kalijaga, inilah penjelasannya.

Pada masa itu, masyarakat sangat mengagumi budaya pertunjukan wayang. Sehingga oleh sunan kalijaga di tirulah kebiasaan masyarakat dengan sentuhan islami, merubah bentuk wayang dengan kulit karena pada jaman dulu wayang tergambar dan dalam islam tidak diperbolehkan dalam sebuah gambaran yang berbentuk kehidupan. 

Serta dalam critanyapun dirubah yang awal dari kisah budaya hindu kemudian di sisipkan ajaran islam, sehingga beliau berkata : “Judul Wayangku ini saya beri nama wayang Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un”, namun bagi orang jawa mereka tidak akan paham akan kisah itu.

Kemudian Sunan Kalijaga musyawarah dengan Sunan Bonang dan Sunan Drajad

Sunan Drajad berkata:
Mohon maaf Dimas Kalijaga, ini wayang dengan judul Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un apa iya orang jawa akan paham?
Agar supaya orang Jawa paham aku berinama wayang ini dengan judul “Jangan Lupa Dari Mana Engkau Berasal Dan Akan Kembali”.

Pada akhirnya disetujuilah peran pertama da’wah islamiyah dengan menggunakan pagelaran wayang kulit yang akan dibawakan oleh sunan kanjeng kalijaga atas perintah sang guru Sunan Bonang sesuai judul yang diberikan.

Tetapi Kanjeng Sunan Kalijaga merasa tidak lengkap jika pertunjukan wayang beliau dalam berda’wah tidak diiringi musik dan tembang, sedangkan pada jaman itupula kebiasaan masyarakat tanah jawa hobi dan suka sekali dengan budaya tembang.

Saat itupula sang guru Sunan Bonang memerintahkan sunan kalijaga untuk meminta bantuan kepada sunan Drajat, untuk meminta membuat sebuah tembang dan music sebagai kelengkapan da’wah beliau melalui pertunjukan wayang

Kemudian Sunan Drajat Berkata :

Baiklah dimas, karena itu perintah dari kakangda Sunan Bonang agar supaya orang tidak lupa dengan Jangan Lupa Dari Mana Engkau Berasal Dan Akan Kembali, maka aku buatkan tembang MACAPAT

Apa itu Tembang MACAPAT?
Agar manusia selamat, mereka harus bisa maca barang papat (membaca empat hal).

Apa saja Barang Papat itu?
Saudara yang lahir di alam dunia bertempat di jiwa raga. Yang kanan berupa malaikat jumlahnya 2 namanya Malaikat hafadhoh, yang kiri berupa iblis jumlahnya 2 namanya Jin Qorin.

Bahkan perjalanan masih belum usai, dari sebuah tembang yang sudah dibuatkan oleh Sunan Drajat pun tidak bisa ditrima secara akal oleh masyarakat setempat.

Sunan Drajat berkata:

“karena hal seperti ini orang Jawa ya tidak paham juga Sebab itu aku beri nama sedulur papat lima pancer (saudara empat lima pusat)".

Masalah seperti ini, jika kita tidak paham akan jadi masalah. Sebab jika pusatnya (fisik manusia itu sendiri) memerlukan kekuatan, menggunakan kekuatan sisi kiri bisa, menggunakan kekuatan sisi kanan juga bisa.”

“Menggunakan kekuatan sisi kiri juga bisa caranya puasa ngebleng (tidak makan tidak minum tidak tidur) 3 hari yang di baca mantranya Sun Amatek Ajiku si Jaran goyang dst, Ya sama sama bisa, sama sama berhasil.”

“Jadi jika Kyai kuat tirakatnya ya terang auranya, Dukun yang tidak pernah mandi jia kuat tirakatnya ya terang auranya. Jadi sama sama terang auranya, di ibaratkan mencari ayam tanya ke pak kyai ya ketemu ayamnya, tanya ke dukun yang gak pernah mandi ya ketemu ayamnya. 

Hanya saja bedanya…. yang satu (kanan) seperti terangnya lampu, yang satu lagi (kiri) seperti terangnya rumah terbakar. Mencari ayam malam malam pakai lampu senter ya ketemu, menggunakan blarak yang di bakar juga ketemu, lampu senter utuh, blaraknya habis kebakar.”

Ungkap sunan drajat kepada sunan kalijaga, karena pada masa itu masyarakat tanah jawa gemar dalm bertirakat atau berpuasa.

Dalam penjabaran makna pesan di atas, jika dilakukan pada era sat ini contoh dalam hal “Seperti, orang laki laki yang sedang kasmaran dengan wanita ingi menggunakan kekuatan sisi kanan bisa, caranya puasa 3 hari yang di amalkan Ya rohman Ya Rohim, nanti pasti si wanita tersebut akan berkata “I Love You”. (Jika dilakukan dalam amalan)

Jika sudah demikian Dimas Kalijaga, sebagai permulaan tak buatkan lagi tembang :

MASKUMAMBANG
Maksudnya turunnya ruh ke alam dunia harus di selamati (tasyakuran) ketika usia 4 bulan sampai 7 bulan dengan bacaan Alquran dan Solawat. MASKUMAMBANG itu bayi ingkang ngambang (bayi yang mengambang) dimana turunnya ruh di alam dunia masuk kedalam raga sang ibu yang akhirnya menjadi bayi, nanti kalau sudah lahir tembangnya bernama MIJIL

MIJIL
Maksudnya bayi lahir masa kecil itu jenis kelaminnya laki laki atau perempuan. Di akikahi jika laki laki kambing 2 jika perempuan kambing satu di sahadatkan kepada Gusti ALLAH. Setelah MIJIL tembange bernama KINANTI

KINANTI
Anak kecil itu harus di wanti wanti akhlaknya dengan berpegang teguh pada agama, Sebab itu seperti NU, Muhammadiyah mendirikan TPA, TPQ, Raudlatul Athfal itu bertujuan supaya menerima kinanti tersebut. Di wanti wanti dari sejak kecil kok tidak di didik akhlak, tidak di wanti wanti agama nanti bakalan terjerumus. Sebab anak kecil tersebut bakalan masuk ke tembang 
SINOM.



SINOM 
Anak kecil akan menjadi Enom (anak muda). Anak muda itu nakal, susah di didik, sebab itu tembang SINOM harus di pegang erat ret sebelum masuk tembang ASMORODONO.

ASMORODONO
Anak muda jika hatinya sudah terkena Amorodono (asmaradana) waktunya taman asmara, sudah kenal “jatuh cinta”tidak bisa di didik. Sebab pepatah mengatakan jika seseorang sedang di landa cinta tai kucing rasa coklat. Selepas asmorodono siap siap masuk ke tembang GAMBUH.

GAMBUH
Waktunya tiba antara pemuda laki laki dan perempuan membangun mahligai rumah tangga, dengan jalan perkawinan, setelah itu mulai masuk ke tembang DANDANG GULA.

DANDANGGULA
Dandang itu pahit, Gula itu manis, maksudnya jika mendapat istri pintar memask pintar cari duit, hidup rukun sakinah mawaddah warahma itu namanya dapat manis kaya gula. Akan tetapi jika dapat istri / suami kerjaannya ke tempat konser, karaoke, suka ngeramal togel, pulang pulang nempeleng, itu dapat pahit seperti dandang. Jadi di masa ini manusia sudah bisa merasakan pahit manisya hidup. Selanjutnya di teruskan dengan tembang DURMO.

DURMO
Satu masa di mana manusia sudah waktunya mmendermakan harta benda, tenaga, ilmu intinya khoirunnas anfauhum linnas (sebaik baik manusia adalah manusia yang memberi manfaat terhadap yang lainnya). Bakti terhadap sesama manusia, memberikan pitutur kebaikan meskipun sekedar satu huruf. Setelah itu di teruskan tembang
 PANGKUR.

PANGKUR
Manusia tau tau mungkur (meninggalkan) dunia, sebab itu jika sudah waktunya mau meninggalkan dunia (usia lanjut) segera cari jalan hidup yang benar, pergi ke masjid, cari ulama, rajin mengaji, menanam kebaikan sebelum kedatangan tembang MEGATRUH.

MEGATRUH
Megat (pisah) – Ruh (nyawa) masa lepasnya ruh dengan jasad dan yang paling terakhir tembangnya PUCUNG.

PUCUNG
Manusia jika sudah di pucung (di kafani) terus di masukkan pintu kecil, tidak ada cendela mujur utara menghadap ke barat, hidup sendirian di alam kubur. Sebab itulah jika manusia di panggil BUYUT itu maksudnya siap siap mlebu lawang ciut (masuk pintu kecil). Jika sudah sudah masuk  lawang ciut ketemu sama Malaikat Munkar dan Nakir….

Jika manusia lupa sama SANGKAN PARANING DUMADI ketika di tanya malaikat dua tadi tidak bisa menjawab, alamat Innalillahi wa inna ilaihi roji’un….

Sebab itulah kanjeng Sunan Kalijogo…., mausia hidup di alam dunia itu bakal mengalami delapan fase kehidupan :

  1. Anak : segala sesatu di usahakan ada, meskipun tidak ada orang tua pasti berusaha mewujudkannya supaya anak berkecukupan
  2. Bapak : Panggilan seseorang yang telah memiliki anak
  3. Mbah : Jika sudah di panggil si mbah, itu berarti masa hidupnya tinggal selangkah
  4. Buyut : Siap siap masuk lawang ciut
  5. Canggah : Jika masa hidupnya amal ibadahnya tidak mencukupi manusia bakalan di cekik sampai tergantung
  6. Gantung Siwur : di gantung sambil di siksa di dalam neraka
  7. Udeg – Udeg : setelah itu di aduk aduk di dalam neraka sampai bosok (gosong, busuk)
  8. Gedebog Bosok : jika sudah gosong atau busuk itu pertanda dosa dosanya telah bersih setelah di cuci di neraka, kemudian manusia tadi jika selamat di keluarkan dari neraka terus di masukkan kedalam surganya Gusti Alloh, namun jika masa hidupnya tidak memiliki iman, selamanya dia akan menjadi busuk di dalam neraka Inna Lillahi Wainna Ilahi Roji’un. (WY)



BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : tidak lupa

terimakasih anda telah membaca artikel yang kami buat di blok ini, semoga bisa memberikan wawasan cakrawala sejarah. silahkan baca artikel lainnya yang lebih menarik s